
Legenda Bulu Tangkis Indonesia Iie Sumirat Meninggal Dunia
Iie Sumirat, seorang legenda bulu tangkis Indonesia yang juga menjadi guru bagi Taufik Hidayat, meninggal dunia di Bandung pada hari Selasa (22/7/2025). Ia menghembuskan napas terakhirnya pada usia 75 tahun setelah sepekan menjalani perawatan di Rumah Sakit Hermina Bandung. Penyebab kematiannya diduga berkaitan dengan penyakit diabetes yang telah lama dialaminya.
Akun Badminton Indonesia menyampaikan berita duka tersebut pada Rabu 23 Juli 2025. Pesan yang disampaikan menunjukkan rasa belasungkawa yang dalam dan doa untuk almarhum.
"Berita duka datang dari 'Iie Sumirat', salah satu legenda bulu tangkis Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa di panggung dunia. Mari kita semua doakan, semoga segala amal ibadah almarhum diterima, diampuni dosanya, dan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan yang Maha Kuasa. Beristirahatlah dalam damai Legend."
Perjalanan Karier Iie Sumirat
Nama besar Iie Sumirat tidak akan pernah dilupakan meskipun ia pensiun pada usia 32 tahun pada tahun 1982. Setelah pensiun, ia lebih fokus sebagai pelatih dan mendirikan PB Sarana Muda. Pusat latihan ini kemudian berkembang menjadi SGS Elektrik, yang menjadi tempat lahirnya legenda baru dari Bandung, yaitu Taufik Hidayat. Taufik Hidayat, atlet bulu tangkis tunggal putra Indonesia yang meraih emas Olimpiade 2004, kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden Prabowo Subianto.
Era Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia
Saat masa kejayaannya pada tahun 70-an, Iie Sumirat adalah bagian dari "the Magnificent Seven" atau Tujuh Sang Perkasa bulu tangkis bersama Rudi Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Tjandra. Salah satu momen penting dalam karier Iie Sumirat adalah saat final Piala Thomas 1979. Ia berhasil mengalahkan legenda pebulu tangkis Denmark Svend Pri, yang saat itu sedang berada di puncak prestasi.
Laga melawan Svend Pri membuat Iie Sumirat dijuluki Si Pembunuh Raksasa. Di pertandingan yang sangat sengit melawan Morten Frost Hansen, Iie memenangkan pertandingan dan berhasil mengalahkan Svend Pri. Dalam beberapa poin menjelang akhir gim ketiga, Iie sering kali meloncat-loncat atau menari setiap kali mendapat angka. Kekocakan selebrasi khas dan unik ala tarian Sunda itu dilakukan hingga akhir pertandingan yang bergengsi.
Gaya Bermain yang Unik
Iie Sumirat dikenal eksentrik saat berada di lapangan. Pukulan-pukulannya susah ditebak dan penuh tipuan (deception). Namanya mulai dikenal di kancah bulu tangkis ketika ia berpasangan dengan kakaknya, Nara Sudjana, dan menjuarai seleksi nasional ganda putra. Ia pun masuk pelatnas meski lebih banyak menjadi pemain kelas dua.
Pebulu tangkis kelahiran Bandung, 15 November 1950, mulai mencuri perhatian ketika menjuarai tunggal putra Singapura Terbuka pada 1972 dan 1973. Ia lalu terpilih masuk tim Piala Thomas Indonesia pada 1976 namun lebih banyak duduk di bangku cadangan karena banyaknya superbintang di tim itu. Di tunggal masih bercokol Rudy Hartono, Liem Swie King, dan Tjun Tjun.
Kesuksesan di Turnamen Asia dan All England
Permainan Iie Sumirat terus menanjak. Pada 1976, PBSI memiliki dua agenda penting: turnamen All England dan Invitasi Bulu Tangkis Asia di Bangkok. Bobot dua turnamen itu sama-sama berat lantaran raksasa Cina juga ikut dengan kekuatan penuh ke Bangkok. Karena belum menjadi anggota IBF (Federasi Bulu Tangkis Internasional), Cina tidak bisa ikut kejuaraan yang menjadi agenda resmi IBF.
Indonesia lalu memecah tim. Rudy, King, dan pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi bermain di All England. Iie, Dhany Sartika, dan Christian H/Ade Chandra berlaga di Bangkok. Iie lolos ke semifinal dan dikepung tiga jawara Cina: Fang Kaishang, Tang Xienhu (Tong Sinfu), dan Hou Jiachang. Di semifinal Iie menang atas Tang Xienhu. Bertemulah dia dengan jawara Cina, Hou Jiachang, di final.
Saat itu, Hou dianggap setara dengan Rudy. Di turnamen Asia yang diikuti, Hou nyaris selalu juara tetapi belum pernah bertemu Rudy. Meski tidak diunggulkan, Iie tampil sangat mengejutkan. Kalah di gim pertama 12-15, ia membalik keadaan di gim kedua dengan 15-8. Pertarungan sengit terjadi di gim ketiga. Iie dengan penuh perjuangan meraih gim ketiga 18-15 dan menjadi juara. Christian/Ade Chandra pun menjadi juara ganda. Di All England Rudy menjadi juara dengan mengalahkan rekannya Liem Swie King di final.
Kehadiran di Tim Piala Thomas 1979
Iie lalu terpilih lagi masuk tim Piala Thomas 1979. Tujuh pemain super di Piala Thomas ini mendapat julukan 'Tujuh Sang Perkasa'. Ada Rudy Hartono, Iie Sumirat, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Chandra.
Pada tahun 1977, Iie sempat ikut kejuaraan dunia di Denmark. Namun dia kalah di semifinal dari Fleming Delf yang kemudian menjadi juara.
Komentar
Posting Komentar